PEMBATAL KEISLAMAN

Oleh: Ust Muniri


Ada sebagian kalangan dari umat ini berpendapat bahwa Riddah atau yang lebih dikenal dengan kata kata murtad, pernyataan seseorang keluar dari Islam dan pindah agama agama lain merupakan satu satunya pintu penyebab batalnya keislaman seorang muslim. Adapun penyimpangan penyimpangan dari alur pemikiran atau perilaku yang dilakukannnya baik dibidang  aqidah, syari’ah, dan juga muamalah dianggab tidak sedikitpun mengusik keislamannya. Selama ia masih shalat, shoum, haji dan masih merasa dirinya sebagai seorang muslim.

Syirik atau tidak mau mengkafirkan orang yang telah jelas kekafirannya menganggab ada ajaran yang lebih sempurna dari Al Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW dan menolak, meski hanya sebagaian dari ajaran tersebut, berhukum kepada hukum selain Islam, serta membantu kaum musyrikin untuk melawan dan memerangi Islam dan  mujahahidin yang menegakkan syariat Islam . Adalah merupakan  dari sekian pembatal keislaman yang mengeluarkan pelakunya dari dienul Islam.
Hal hal yang membatalkan kesilaman sangatlah banyak sekali, dan telah disebutkan  oleh para ulama dalam bab hukum murtad , bahwa seorang muslim terkadang keluar dari diennya, disebabkan hal hal dan perkara perkara yang bermacam macam, yang menyebabkan dihalalkan darah dan hartanya  dan ia ke keluar dari Islam

Diantara pembatal keislaman yang sangat berbahaya dan sering terjadi 
       Syirik Dalam Beribadah Kepada Allah Ta’ala.
Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa sirik dan dia mengampuni segala dosa selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehidnakiNya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar” (QS 4:48)

Sebab yang mendorong Pemalsuan Hadits
Ada beberapa factor yang mendorong pemalsuan Hadits:
  1.  Fanatisme golongan. Dalam kitab Syarh Nahj Al Balaghah, Ibnu Abi hadid berkata, “pertama kali kedustaan dalam hadits tentang keutamaan (fadilah) dilakukan oleh Syi’ah. Sejak pertama mereka memalsukan hadits yang berbeda mengenai Ali. Pemalsuan itu didorong rasa permusuhan terhadap lawan. Ketika Al Bakriyah (pendukung Abu Bakar) melihat apa yang dilakukan Syiah, merekapun memalsukan hadits tentang Abu Bakar sebagai tandingan hadits yang dibuat oleh syi’ah.
  2. Usaha untuk mendiskriditkan Islam. Setelah kehadiran Islam, kekuasaan Kisra dan kaisar roboh. Namun mereka tidak mampu untuk membalas dendam dengan pedang karena kekuatan Islam telah sedimikian kokoh . Maka mereka berusaha menjatuhkan kaum muslimin dari aqidahnya dengan menciptakan kebatilan dan berdusta atas nama Rasulullah SAW. Hal itu mereka lakukan untuk menodai Islam
  3. Dikriminasi etnis dan fanatisme kabilah, negara dan imam. Pada masa pemerintahannya dinasti Umayyah, secara khusus mengandalkan etnis Arab, sebagian mereka bersikap fanatik terhadap kebangsaan Arab. Maka munculah kelompok Mawalli (kaum muslimin non Arab) yang berupaya mewujudkan persamaan hak. Mereka memanfaatkan gerakan pemberontakan dengan cara bergabung ke dalamnya. Selain itu mereka berupaya menandingi kebanggaan etnis Arab. Inilah yang mendorong mereka memalsukan hadits hadits. Selain hadits palsu yang berbicara tentang bahasa, etnis dan kabilah, hadits palsu juga dibuat tentang kelebihan negara atau imam tertentu.
  4. Tendensi duniawi berupa popularitas, dan usaha menjilat penguasa. Pada masa masa akhir khulafaur Rasyidin muncul kelompok kelompok pendongeng dan penasehat yang jumlahnya terus bertambah. Para pendongeng ini membuat hadits palsu dengan tujuan untuk mendapatkan uang.
  5. Pemahaman yang keliru dari madzab Al Karramiyah. Mazab sesat ini mengklaim bolehnya memalsukan hadits dalam rangka targhib wa targhib (manganjurkan manusia berbuat baik dan menakut nakuti manusia agar tidak bermaksiat).

Derajat Hadits Maudhu dan Hukum Meriwayatkannya.
Hadits maudhu’ merupakan hadist yang paling rendah dan paling buruk. Sehingga para ulama sepakat keharamannya meriwayatkan hadits maudhu” dari orang yang mengetahui kepalsuannya dalam bentuk apapun, kecuali disertai dengan penjelasan akan memaudhu’annya. Nabi Bersabda:”Barang siapa yang menceritakan hadits dari sedang dia mengetahui bahwa itu dusta maka dia termasuk para pendusta” (HR Muslim).
Cara Yang Ditempuh Pembuat Hadits Maudhu’
  1. Membuat perkataan yang beasal dari dirinya, kemudian meletakan sanadnya dan mereiwayatkannya.
  2. Mengambil perkataan ahli bijak atau selain mereka kemudian meletakan sanadnya.

Bagaimana Mengetahui Hadits Maudhu’
  1.  Pengakuan dari orang yang memalsukan hadits. Seperti pengakuan Abi Ishmat Nuh bin Abi Maryam, yang digelari Nuh Al jami, bahwasanya ia telah memalsukan hadits atas Ibnu Abbas tentang keutamaan Al Qur’amn surat persurat. Dan seperti pengakuan Maisarah Bin Abdi Rabbihil Al Farisi bahwa dia telah memalsukan tentang keutamaan ali sebanyak tujuh puluh hadits.
  2. Penyataan yang diposisikan sama dengan pengakuan. Seperti orang menyampaikan hadits dari seorang syaikh, dan hadits itu tidak diketahui kecuali dari syaikh tersebut. Ketika ditanya perawi tersebut, tentang tanggal kelahirannya, ternyata perawi dilahirkan sesudah kematian syaikh. Atau pada saat syaikh  meninggal dia masih kecil dan tidak mendapatkan periwayatan.
  3. Adanya Indikasi perawi yang menunjukan kepasuannya. Misal perawi Rafidhah, haditsnya tentang keutamaan ahli bait As Suyuthi berkata: ‘Dari indikasi perawi (maudhu') adalah dia seorang Rafidhah dan haditsnya tentang keutamaan ahli bait’.
  4. Adanya indikasi pada isi hadits, bertentangan dengan akal sehat, bertentangan dengan indra, berlawanan dengan ketetapan agama atau susunan lafadz lemah dan kacau, serta kemustahilan hadits tersebut bersumber dari Rasulullah SAW.

Motif yang Mendorong Membuat Hadits Palsu:
  1. Pembela suatu madzab termasuk madzab yang terpecah menjadi aliran politik setelah munculnya fitnah (masa setelah terbunuhnya Ustman bin Affan) dalam maraknya aliran aliran politik seperti khawarij dan syi’ah. Masing masing membuat hadits hadits palsu untuk memperkuat golongannya, Ini merupakan asal dari kedustaan atas nama Rasulullah SAW. Imam Malik ditanya tentang fadidhah, berkata: “Jaganlah engkau bicara dengan mereka, jangan meriwayatkan (hadits) dari mereka sesungguhnya mereka berdusta”
  2. Dalam rangka taqarub kepada Allah dengan meletakan  hadits hadits targhib (yang mendorong) manusia untuk berbuat kebaikan, atau hadits yang berisi ancaman terhadap perbuatan munkar. Mereka yang membuat hadits hadits maudhu’ ini biasanya menisbatkannya kepada golongan  ahli zuhud dan orang orang shalih.
  3. Mendekatkan diri kepada penguasa demi menuruti hawa nafsu. Sebagian orang yang imannya lemah berupaya mendekati seagaian penguasa dengan membuat hadits yang menisbatkan kepada penguasa agar mendapat perhatian
  4. Zindiq yhang ingin merusak manusia dan agamanya. Hamad bin zaid berkata:”Orang orang zindiq membuat hadits dusta yang disandarkan kepada Rasulullah SAW sebanyak empat belas ribu hadits.
  5. Mengikuti hawa nafsu dan ahli ra’yu yang eidak mempunyai dalil dari kitab dan sunnah kemudian membuat hadits maudhu’ untuk membenarkan hawa nafsu dan pendapatnya. Dalam riwayat lain disebutkan:”Seandainya Musa masih hidup, maka tiada keleluasaan baginya kecuali harus mengikutiku” Lalu Umarpun berkata:” Aku telah ridha bila Allah bersabda Rabb, Islam sebagai Dien (agama) dan Muhammad (shallallahu ‘Alaihi wa Sallam) sebagai nabi”

Berpaling dari Dinul (Agama) Islam tidak mau Mempelajarinya dan tidak mau mengamalkannya
Dalilnya adalah firman Allah SWT yang artinya:”Dan siapakah yang lebih dzalim dari pada orang yang telah memperingatkan dengan ayat ayat Rabbnya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya kami akan memberikan pembalasan kepada orang orang yang berdosa” (QS As-Sajdah: 22)

Wahai saudaraku,
Semoga Allah senantiasa member kita petunjuk kepada kebenaran; ketahuilah bahwa pelaku pelaku hal hal yang membatalkan keislaman seseorang di atas, tidak ada bedanya antara yang melakukan dengan main main, sungguh sungguh ataupun takut (karena hartga, jabatan) semuanya sama saja kecuali bagi orang yang dipaksa. Orang yang dipaksa memiliki udzur sebagaimana kisahnya Ammar bin Yasir ra yang kemudian turun ayat An Nahl: 106. Semuanya itu besar sekali bahayanya, karenanya setiap kita harus berhati hati dan menjaga diri dengan baik. Jangan sampai kita terjerumus dalam hal yang berbahaya ini. Kita berlindung kepada Allah dari Murka dan adzab-Nya yang pedih.

Maraji’
1.      Al Qohthoni, Syaikh Sa’id Binb Ali Bin Wahab, Qodhiyatut Tafkir Baina Ahlis sunnah wa Firoqidh Dholal Fi Dhiuil Kitab Was Sunnah . Muassasah Al Juraisy, Riyadh.
2.   Al’Ulwan, Sulaiman bin Nasir Bin Abdullah, Attibyan Syareh Nawaqidh islam Muhammad Bin Abdul Wahab Riyadh 1417H /1996M.

MUTIARA KATA
Fudhail bin “iyadh RH Berkata:
“Ikutilah jalan kebenaran, dan janganlah hiraukan meskipun sedikit orang yang mengikutinya! Jauhkanlah darimu dari jalan kesesatan dan janganlah terpedaya dengan banyaknya orang yang menempuh jalan kesesatan”
Imam Malik Bin Anas RH:

“Sunnah itu bagaikan bahtera Nabi Nuh. Barang siapa mengendarainya niscaya ia selamat. Dan barang siapa terlambat  dari bahtera tersebut pasti ia tenggelam”