KHALIFAH ABU BAKAR AS SHIDDIQ RA

Oleh: Ust. Saipul Battar


Kalau kita bicara figur kepemimpinan mana yang terbaik dan layak menjadi teladan? Tentu secara imani, sebagai seorang muslim kita langsung mengatakan Rasulullah SAW, beliaulah yang merupakan pemimpin riil kaum muslimin, disamping pemimpin para Nabi. Para sahabat beliau adalah orang orang yang bergaul dan berjuang bersama sama beliau. Merekalah orang orang yuang mampu memahami dan merasakan ajaran Islam dan mampu meneladani Rasulullah SAW, secara utuh. Diantara mereka sepeninggal Rasul, ada yang menjadi khalifah pengganti Rasulullah SAW. Dari merekalah akita bisa mendapat banyak pelajaran bagaimana meneladani Rasulullah dalam masalah kepemimpinan dan pemerintahan. Tulisan ini menguraikan sosok kepemimpinan salah seorang sahabat Rasulullah SAW, yang paling utama, pengganti beliau SAW, mengimami shalat dan pengganti beliau SAW kalam kepemimpinan negara dan umat Islam sepeninggalah Rasulullah, yaikni Khalifah Abu Bakar As Shiddiq ra.

CERDAS SUPEL,. JUJUR DAN BERANI
Menurut i\Ibnu Hisyam dalam kitabnya sirah Nabawiyah, Juz I/249-250, Abubakar ra adalah putra Abu Quhafah. Nama aslinya Abdullah, panggilannya Atiq (sang tampan) lantaran wajahnya yang tampan dan cakap orangnya. Tatkala masuk Islam, Abu Bakar ra menenpilkan keislamannya, dan mengajak orang kepada Allah dan Rasul-Nya. Dakwah Abubakar ini cukup efektif mengingat dia adalah seorang Quraisy yang supel dalam pergaulan, disukai dan diterima, seorang pebisnis, berbudi pekerti yang baik. Orang orang biasa datang kepadanya dan bergaul dengannya untuk banyak urusan lantaran ilmu yang dimilikinya, bisnisnya dan baik pergaulannya. Sejumlah  sahabat yang masuk Islam di tangan Abu Bakar antara lain adalah Utsman Bin Affan ra, Zubair Bin Awwam ra, Abdullah bin Auf ra, Saad bin Abi Waqash ra, dan Thalhah Bin Ubaidillah ra. Abubakar ra adalah orang yang cerdas, mudah mengerti dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW sehingga diapun cepat mebenarkan dan meyakini apa yang dikatakan beliau SAW dan masuk Islam.

Ibnu Hisyam (Idem, hal 252) mengatakan ahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: " Tidaklah aku mengajak seseorang kepada Islam melainkan dia tidak langsung menjawab, masih pikir pikir dan masih ragu ragu kecuali Abu Bakar bin Abi Quhafah. Tatkala aku berbicara dengannya, dia tidak menunda nunda (pembenarannya) dan dia tidak ragu ragu" Tatkala Nabi SAW diperjalankan oleh Allah SWT dalam peristiwa Isra' Mi'raj tidak sedikit ornang yang langsung menolak kabar dari beliau mentah mentah, bahkan ada sebagian kaum muslimin yang murtad atau masih ragu ragu, Abu Bakar secara cerdas membenarkannya dan mengatakan;"Jangankan kabar dari Muhammad SAW bahwa di perjalanan di mnalam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqshaa, sedangkan kabar yang diperolehnya dari langit dalam sekejap saja saya terima"

Dengan keyakinan itu pula Abu Bakar siap dibina dengan Islam dan siap berjuang untuk Islam. Abu Bakar berani dan siap mengambil resiko berhadapan dengan Quraisy dalam mendakwahkan Islam. Imam Ibnu Katsir dalam kitabnya Al Bidayah wan Nihayah menuturkan: Tatkala Rasulullah SAW melaksanakan perintah Allah SWT untuk memperkenalkan kelompok dakwahnya secara terang terangan, dengan cara membentuk dua barisan yang dikepalai Hamzah ra, dan Umar ra, menuju Ka'bah, maka disitulah di depan perwakilan para kabilah di Makkah, Abu Bakar ra berpidato. Dan orang orang  Quraisypun memukulinya sampai mukanya babak belur dan pingsan. Namun setelah siuman, yang ditanyakan pertama kali adalah: Bagaimana keadaan Rasulullah? pantaslah dia mendapatkan gelar As Siddiiq, yang artinya "yang lurus/ yang benar", yang membuktikan kebenaran ucapannya dengan perbuatan.

Pidato Pertama Sebagai Khalifah Pertama
Setelah pembaitan Abubakar ra sebagai khalifah, beliau berpidato;" Hai saudara saudara ! kalian telah membait saya sebagai khalifah (kepada negara). Sesunggunya saya tidaklah lebih baik dari kalian. Oleh karenanya apabila saya berbuat baik, maka tolonglah dan bantulah saya dalam kebaikan itu, tetapi apabila saya berbuat kesalahan, maka tegurlah saya. Taatlah kalian kepada saya selama saya taat kepada Allah dan rasulNya, dan janganlah kalian mentaati saya apabila saya berbuat maksiat terhadap Allah dan RasulNya (lihat Abdul Aziz Al Badri, Al Islam bainal Ulama wal Hukkam)

Pidato khalifah Abubakar ra, di atas menunjukan bahwa beliau sebagai khafilah tidak pernah menganggab dirinya sebagai orang yang suci yang harus diagung agungkan. Tak ada dalam kamus beliau: "The chaliphate can do no wrong!"Beliau justru mengedepankan penerapan hukum syariah, dan menjadikan loyalitas dan ketaatan warga negara kepadanya merupakan satu paket dalam ketaatan kepada Allah dan rasulNya. Beliau menjadikan syariah Allah sebagai standar untuk menentukan benar dan salah yang harus diikuti tidak hanya oleh rakyat tetapi, juga oleh penguasa. Apa yang beliau nyatakan di atas jelas merupakan pengejawantahan dari pemahaman beliau terhadap firman-Nya:
"Hai orang orang yang beriman, ta'tilah Allah dan ta'atilah Rasul(Nya), dan ulim amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah ( Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benar benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya" (QS An Nisa:59). Juga merupakan refleksi dari pemahaman beliau kepada hadits Rasulullah SAW:
"Tidak ada ketaatan kepada seseorang dalam bermaksiat kepada Allah, dan tidak ada ketaatan kepada orang yang maksiat kepada siapa saja yang berbuat maksiat" (HR Ahmad, Hakiem dan Abu dawud)

Lembut Tapi Tegas.
Sejak sebelum Islam Abu Bakar ra terkenal sebagai orang yang baik lembut hatinya, gemar menolong dan suka memberi maaf. Dan setelah Islam dan berkuasa sebagai khalifah pengganti Rasuluullah dalam kepemimpinan negara dan umat tentunya tidak diragukan lagi bahwa Abu Bakar ra, adalah orang yang betul betul memahami sabda rasulullah SAW:"Ya Allah, siapa saja yang diberi tanggung jawab memimpin urusan pemerintahan umatku dan menimbulkan kesulitan bagi mereka, maka persulitlah dia. Dan siapa saja yang memerintah umatku dengan sikap lemah lembut (bersahabat) kepada mereka, maka lembutlah kepadanya" (HR Muslim).

Namun sebagai khalifah, beliau wajib memerintah dengan kitabullah dan Sunnah Rasul dan wajib menjaga agar penerapan hukum syariah tetap terjaga. Oleh karena itu, dalam rangka mempertahankan kedaulatan hukum syariah, tidak segan segan beliau mengambil tindakan tegas bagi siapa saja yang hendak merobohkannya, Ini seperti yang beliau lakukan kepada sebagian kaum muslimin yang murtad dan tidak mau membayar zakat, beliau mendengar berita wafatnya Rasulullah  SAW. Sekalipun para sahabat yang diminta pendapatnya masih mentolerir tindakan orang orang yang tidak mau membayar zakat itu selama mereka masih shalat, namun khalifat Abu Bakar tetap dalam pendiriannya. Di hadapan kaum muslimin beliau berpidato: "Wahai kaum muslimin, ketahuilah ketika Allah mengutus Muhammad, kebenaran itu (Al Islam) selalu diremehkan orang dan Islam dimusuhi, sehingga banyak orang yang enggan masuk Islam, karena takut disiksa. Namun kemudian Allah menolongnya sehingga seluruh bangsa Arab dapat disatukan diwawah naungannya. Demi Allah aku akan tegakan agama ini dan aku akan berjuang fi sabilillah sampai Allah memberikan kemenangan atau Allah akan memberikan surga bagi orang yang terbunuh di jalan Allah dan akan memberi kejayaan bagi orang yang mendapatkan kemenangan sehingga dia akan dapat menjadi hamba yang berbakti dengan aman sentausa. Demi Allah, jika mereka tidak mau membayar zakat, walaupun hanya seutas tali, pasti akan aku perangi walaupun jumlah mereka banyak sampai aku terbunuh, karena Allah tidak memisahkan kewajiban zakat dan kewajiban shalat" (lihat Al Kandahlawy, Hayatus Shahabat juga Kanzul Ummal)

Ketakwaannya
Tidak perlu diragukan lagi bahwa Abu bakar ini merupakan salah seorang dari kalangan umat ini yang paling bertaqwa, paling baik, dan paling shaleh setelah Nabi Muhamad, sebagaimana firman Allah;"Dan kelak akan dijauhka orang orang paling bertakwa dari neraka itu, yang manfkahkan hartanya (dijalan Allah) umtuk membersihkannya" (QS Al Lail:17-18). Mayoritas ahli tafsir berpendapat bahwa ayat ini diturunkan bekenaan dengan Abu Bakar Ash Shiddiq beliaulah yang dimaksud dengan pengertian ayat tersebut. Namun demikian lafazhnya dapat diberlakukan kepada orang yang memiliki sifat sebagaimana yang tersebut di dalam ayat tersebutttt.

Keutamaannya
Adapun keutamaan yang dimiliki oleh Abu Bakar  itu antara lain:
  1. Beliau belum pernah minum minuman yang memabukan baik pada masa jahiliyah maupun pada masa Islam.
  2. Beliau khalifah yang pertama kali mengumpulkan tulisan Al Qur'an
  3. Belioau termasuk sahabat rasulullah yang pertama beriman menerjakan shalat dan menjadi khalifah
  4. Beliau termasuk orang yang paling utama dari kalanan umat ini setelah Nabi Muhammad SAW
  5. Beliau telah mengislamkan sebanyak 15 (lima belas) orang sahabat yang dijanjikan masuk surga yaitu: Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awam, Sa'ad bin Abi Waqoash  dan Abdulrahman bin Auf

Wafatnya:
Abubakar wafat sekitar waktu magrib dan Isya, dan Istri beliau yang bernama Asma binti Umais memandikannya. Kemudian Umar ra, menshalatinya dimana jenasah beliau diletakan antara kuburan dan mimbar Rasulullah. Beliau dimakamkan di samping makam Rasulullah SAW, sesuai wasiatnya. Abu Bakar wawat pada malam selasa bulan Jumadil Akhir thn 13 H pada usia 63 tahun, semoga Allah meridhoinya dan beliaupun ridho kepadaNya.

Khatimah:
Demikian sekelumit biografi Abu Bakar ra dan sosok Kepemimpinannya yang lembut tapi tegas dalam menegakkan hukum syariah. Kapankah segera datang masanya pemimpin seperti Abu Bakar sahabat Rasulullah ini?

Wallahua 'lam



Mutiara Kata  Abu Bakar As Shiddiq.


Barang siapa masuk kubur tanpa bekal maka seakan akan ia mengarungi lautan tanpa perahu

Kekayaan tidak bisa dicapai dengan cita cita belaka, keremajaan tidak akan dapat dicapai dengan semir semata, kesehatan tidak akan dapat dicapai dengan obat obatan semata