IKLAS

Oleh: Ust Hamdan, S.Pd


Setiap muslim tentu tak ingin ibadahynya sia sia. Kehati-hatian dalam melaksanakan ibadah sangat dibutuhkan. Setiap ibadah yang kita lakukan tidak serta merta disahkan oleh Allah danb diganjar dengan pahala. Meski urusan diterima atau ditolaknya ibadah termasuk perkara yang ghaib. Tetapi patut disyukuri karena Rasulullah telah menjelaskan criteria ibadah yang diterima. Pun sebaiknya, Rasulullah juga telah menggambarkan secara detai sebab sebab amalan itu bisa ditolah oleh Allah  Ta’ala.


Para ulama sering menyebutnya dengan istilah syarat diterimanya amal (ibadah). Syarat pertama adalah ikhlas. Ikhlas bermakna menurnikan tujuan ibadah hanya kewpada Allah. Artinya setiap peribadatan yang kita lakukan terbatas dari segala bentuk kesyirikan. Allah Ta’ala berfirman dalam QS 98:5 Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan Iklas menaati-Nya semata mata karena (menjalankan)agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar)
Imam Siddiq Hasan al Husaini berkata: Tidak ada perselisihan dikalangan ulama bahwa ikhlas merupakan penentu kualitas ibadah. Semaikin tinggi tingkat keikhlasan, semakin besar pula nilai ibadah itu di sisi-Nya. Amalan kecil jika ditopang dengan keikhlasan yang tinggi akan bernilai besar di sisiNya. Demikian pula, amalan yang besar jika tidak ditopang dengan keikhlasan yang besar akan bernilai kecil di sisi-Nya.


Makna Ikhlas
Secara bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih, tidak kotor. Maka orang yang ikhlas adalah orang yanhg menjadikan agamanya murni hanya untuk Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya dalam beramal.


Sedangkan secara istilah, ikhlas berarti niat mengharapkan ridho Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Memurnikan niatnya dari kororang yang merusak.
Seorang yang iklas ibarat orang yang sedang membersihkan beras (napis beras) dari kerikil kerikil dan batu batu kecil di sekitar beras. Maka, beras yang dimasak menjadi nikmat dimakan. Tetapi jika beras itu masih kotor,  ketika nasih dikunyak akan tergigit kerikil dan batu kecil. Demikianlah keikhlasan, menyebabkan beramal menjadi nikmat, tidak membuat lelahm dan segala pengorbanan tidak terasa berat. Sebaliknya amal yang dilakukan dengan riya akan menyebabkan amal tidak nikmat. Pelakunya akan mudah menyerak dan selalu kecewa.


Kedudukan Ikhlas
Ikhlas adalah buah dan intisari dari iman. Seorang tidak dianggab beragama dengan benar jika tidak ikhlas. Allah Ta’ala berfirman :Katakanlah:”Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam” (QS Al-An’am:162) dalam surat Al-Bayyinah:5 Allah Ta’ala berfirman:” Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan Iklas menaati-Nya semata mata karena (menjalankan)agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar). Rasulullah SAW bersabda:’ Keikhlasan dalam beragama, cukup bagimu amal yang sedikit.” Takala Jibril bertanya tentang ihsan, Rasulullah bersabda:”Engkau beribadah kepada Allah seolah olah engkau melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah melihatmu” Rasulullah SAW bersabda,:” Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridha-Nya”


Fudhail bin Iyadh memahami kata ihsan dalam firman Allah Ta’ala surat Al-Mulk:2 berbunyi; “liyabluwakum ayyakum ahsanu ‘amala”, untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya” dengan makna akhlashahu (yang paling ikhlas) dan ashwabahu (yang paling benar), maka tidak diterima dan jika amal itu benar tapi tidak ikhlas juga tidak diterima. Sehingga amal itu harus ikhlas dan benar. Ikhlas jika dilakukan karena Allah Azza wa Jalla dan benar jika dilakukan sesuai sunnah” Pendapat fudhail ini disandarkan pada firman Allah SWT di surat Al-Kahfi ayat 110.
Karena itu tak heran jika Ibnul Qoyyim memberikan perumpamaan seperti ini, “Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang mengisi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkan tetapi tidak bermanfaat” Dalam kesempatan ini beliau berkata “ Jika ilmu bermanfaat tanpa amal, maka tidak mungkin Allah Tak’ala mencela para pendeta ahli Kitab.  Jika ilmu bermanfaat tanpa keikhlasan, maka tidak mungkin Allah Ta’ala mencela orang orang munafik”


Ciri Orang Yang Ikhlas
Orang orang yang ikhlas memiliki ciri yang bisa dilihat diantaranya:
  1. Senantiasa beramal dan bersungguh sungguh daalam beramal, baik dalam keadaan sendiri atau bersama orang banyak, baik ada pujian ataupun celaan. Ali bin Abi Thalib r.a berkata:”Orang yang riya memiliki beberapa ciri: malas jika sendirian dan rajin jika dihadapan banyak orang. Semakin bergairan dalam beramaljika dipuji dan semakin berkurang jika dicela”
  2. Terjaga dari segala yang diharamkan Allah Ta’ala, baik dalam keadaan bersama manusia atau jauh dari mereka. Disebutkan dalam hadist: “aku beriotahu bahwa ada sesuatu kaum dari umatku dating di hari kiamat dengan kebaikan seperti gunung Tihamah yang putih, tetapi Allah Ta’ala menjadikannya seperti debu debu yang berterbangan. Mereka adalah saudara saudara kamu, dan kulitnya sama dengan kamu, melakukan ibadah malam seperti kamu. Tetapi mereka adalah kaum yang jika sendiri melanggar yang diharamkan Allah” (HR Ibnu Majah)


Perjuangan Untuk Ikhlas
Dan jika ada bersitan dalam jiwa selain keikhlasan, maka hendaknya kita ingat hal hal berikut ini:
  1. Bahwa Allah T’ala mengawasi mengetahui, mendengar, melihat kita. Firman-Nya: “ Dan Dialah Allah (yang Disembah), Baik di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan; dan mengetahui (pula) apa yang kamu suahakan” (QS Al-An’am:3)
  2. Bahwa orang yang ria (ingin dilihat orang) atau sum’ah (ingin di dengar orang) dalam beramal akan dibongkar oleh Allah Ta’ala semenjak di dunia sebelum diakhirat.dan mereka tidak mendapatkan bagian dari amal mereka selain dari apa yang diinginkannya. Rasulullah bersabda”Siapa yang ingin (amalnya) di dengar, maka Allah akan membuatnya dudebgar, dan barang yang ingin (amalnya)  dilihat orang, maka Allah akan membuatnya dilihat orang” (HR Al-Bukhari dan Muslim)


  1. Bahwa kekalahan yang diderita kaum muslimin dewasa ini adalah akibat kita sendiri. Firman-Nya” Sesungguhnya ASllah Ta’ala tidak berbuat zalim kepada maunia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada dirinya sendiri” (QS Yunus:44)
  2. Bahwa ketidakikhlasan menghancurkan amal besar maupun  kecil dan dengan demikian berarti kita telah membuat perjuangan kita bertahun tahjun sia sia belaka. Allah Ta’ala berfirman :”Dan sesungguhnya telah merugilah orang yang telah melakukan kezaliman” (QS Thaha:111) “Dan kami hadapi segala amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan (QS Al-Furqan:23)
  3. Orang orang yang beramal bukan karena Allah, Ta’ala adalah orang yang pertama dibakar untuk menyalakan neraka. Dalam hadist panjangnya Rasulullah menjelaskan nasib tiga kelompok manusia yang celaka di hari8 akhirat karena beramal dengan riya
  4. Orang orang yang ria akan menjadi teman setan pada hari kiamat di dalam neraka jahanam.  Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah bagi kita kisah Quzman, seperti yang diterangkan oleh Qatadah- semoga Allah Ta’ala meridhoinya. Beliau menjelaskan, “diantara kami ada orang asing dan diketahui siapa dia. Dia dipanggil Quzman. Adalah Rasulullah, setiap disebut namanya selalu mengatakan bahwa dia termasuk penghuni neraka. Saat terjadi perang Uhud, Quzman terlibat dalam pertempuran sengit sampai berhasil membunuh delapan atau tujuh orang musyrik. Memang dia orang kuat,. Lalu ia terluka lalu dibopong ke rumah Bani Zhufr. Beberapa lelaki dari kaum muslimin mengatakan kepadanya ‘Demi Allah engkau telah diuji hari ini, hai Quzman, maka berbahagialah’. Quzman menjawab:’Dengan apa aku bergembira?, Jika bukan hal itu aku tidak akan turut berperang. Ketika merasakan lukanya semakin parah, ia mencabut panah dari tempatnya lalu bunuh diri”
Kita ingatkan bahwa jika kita demam [eromgatam [eromgatam tersebit agar ba;a, bergeral. Berkiamg, dan berkorban (tadhhiyah) senantiasa ikhlas karena Allah.


Pendekar Pendekar Keikhlasan
Adabeberapa hal yang bisa merusak keikhlasan yaitu:
  1. Riya’, iyalah memperlihatkan sesuatu bentuk ibadah dengan tujuan dilihat manusia, lalu orang orangpun memujinya.
  2. Sum’ah, yaitu beramal dengan tujuan untuk didengar oleh orang lain (mencari popularitas)
  3. ‘Ujub, masih termasuk kategori riya’ hanya saja Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah membedakan keduanya dengan mengatkan bahwa “riya masuk di dalam bab menyekutukan Allah dengan mahluk, sedangkan ujub masuk dalam bab menyekutukan Allah dengan diri sendiri.
Agar keikhlasan kita selalu menjaga maka kita harus merawatrnya. Rasulullah memberikan satu tips berupa doa “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesyirikan yang kami ketahui dan aku memohon ampun kepada-Mu dari kesyirikan yang tidak aku ketahui”
Wallahu a’alam bish showab


Muroji’:
1.        Kitab At-Targhib wat Tarhib
2.        Tazkiyah An _Nafs
3.        Al Ikhlas wa asy syirkul asghar
4.        Fi At Tariq Ilalah: An Niyya wa al ikhlas

5.        Al-Bidayah Wan-Nihayah