SENDI SENDI BERTETANGGA

Oleh: Ust Yusro Abu Shifa


Bertetangga adalah bagian dari kehidupan manusia yang tidak bisa ditolak. Sebab manusia memang tidak semata mata mahluk individu, tetapi juga mahluk sosial. Satu sama lain harus bermitra mencapai kebaikan. Islam memerintahkan segenap manusia untuk senantiasa berjamaah dan berlomba dalam berbuat kebaikan. Sebaliknya Islam melarang manusia bersekutu dalam melakukan dosa dan permusuhan.  Firman Allah Ta’ala: “Bertolong tolonglah kamu dalam berbuat kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kepada Allah, karena sesunggunya Allah sangat berat siksanya” (QS Al-Maidah:2).

BATASAN TETANGGA
Ibnu Hajar mengatakan dalam kitab “ Al- Fath”, tetangga mencakup tetangga yang muslim dan kafir, ahli ibadah dan orang fasik, teman dan lawan, orang asing dan penduduk asli, yang member manfaat dan yang member mudharat, kerabat dekan dan bukan kerabat, rumah yang paling dekat dan yang paling jauh. Dan bagi mereka ada tingkatan tingkatannya sebagian mereka lainnya, yang paling tinggi tingkatannya adalah yang berkumpul padanya semua sifat sifat yang pertama kemudian yang paling banyak sifat sifatnya yang disebutkan tadi, demikian seterusnya sampai menjadi satu sifat saja, dan kebalikkannya adalah yang terkumpul padanya sifat sifat lainnya demikian seterusnya, maka setiap mereka diberikan haknya sesuai keadaannya, dan tekadang dua sifat atau lebih saling bertentangan maka hendaknya dipilih yang benar atau disamakan.

Ali bin Abi Thalib ketika berbicara tentang tetangga masjid beliau menyatakan, batasan tetangga masjid adalah: siapa saja yang mendengarkan panggilan, mak dia adalah tetangga masjid. Sekelompok manusia berpendapat:”Barang siapa tinggal bersama seseorang di suatu tempat atau kota maka dia adalah tetangga. Sewdangkan menurut Imam Syafi’i, yang dimaksud dengan tetangga adalah 40 rumah di samping kiri, kanan, depan atau belakang. Mau tidak mau setiap hari kita bertemu dengan mereka, baik hanya sekedar melempar senyuman, lambaian tangan, salam atau ngobrol diantara pagar rumah dan sebagainya.

MENGHORMATI TETANGGA
Penghormatan kepada tetangga adalah bagian dari aktualisasi keimanan kita kepada Allah Ta’ala dan hari  akhir, sebagaimana sabda Rasulullah ‘alaihi wasalam:”Barang siapa beiman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya” (HR Muslim) Anjuran untuk menghormati tetangga tentu maknanya amat luas. Menghormati berarti juga tidak menyakit hatinya, selalu berwajah manis pada tetangga,. Tidak menceritakan aib mereka, tidak menghina dan melecehkannya, dan tentu juga tidak menelatarkannya jika dia tengah membutuhkan pertolongan. Sikab buruk dalam bertetangga sermasuk dalam sebagian kecil tanda tanda kiamat sugro, yang dimaksud tanda tanda kiamat sugro (kecil) ialah tanda tandanya yang kecil, bukan kiamatnya. Tanda tanda ini terjadi mendahului hari kiamat dalam masa yang cukup panjang dan merupakan berbagai kejadian yang bisa terjadi. Seperti terangkatnya ilmu, munculnya kebodohan, merajalelanya minuman keras, perzinaan, riba dan sejenisnya.

Dari Abdullah Bin Amr radiallahu anhu. Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam bersabda “ Tidak akan datang kiamat sehingga banyak perbuatan dan perkataan keji,  pemutusan hubungan selaturahmi, dan sikap yang buruk dalam bertetangga” (HR Imam Ahmad dan Hakim) Adapun sikap buruk dalam bertetangga, maka hal ini juga telah terjadi. Berapa banyak tetangga yang tidak kenal tetangga sebelah rumahnya, tidak permnah mengamati keadaannya agar ia dapat memberinya bantuan dan pertolongan jika tetangga itu membutuhkan pertolongannya. Bahkan tiodak jarang seorang tetangga mencegah tangannya berbuat buruk terhadap tetangganya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang seorang mengganggu dan menyakiti tetangganya dengan sabdanya:”Barang siapa yang beriman kepada Alah dan hari akhir maka tidak boleh mengganggu tetanggannya” (HR Muslim). Dan di dalam hadist yang lain Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:” Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman” sahabat berkata: Siapa wahai Rasullullah? Beliau bersabda:” yang tetangganya tidak aman dari kejelekannya” (HR Bukhari).

Dan sebalinya beliau menyuruh berbuat baik kepada tetangga dengan sabedanya: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya”. (HR Muslim) dan beliau bersabda lagi:” Malaikat Jibril senantiasa berpesan kepadaku agar berbuat baik kepada tetangga sehingga aku mengira bahwa seorang tetangga akan menjadi ahli waris bagi tetangganya” (HR Muslim)

BEBERAPA HAK TETANGGA
  1. Jangan kau sakiti dirinya. Rasulullah SAW bersabda:”Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan menyakiti hati tetangganya.” (Mutaffaq dan HR Ahmad dan Muslim).
  2. Berbuatlah baik kepada mereka, Rasulullah bersabda:”….. dan berbuat baiklah kepada tetanggamu maka kamu akan   menjadi muslim” (Ibnu Majah)
  3. Bersikaplah dermawan dengan memberikan kebaikan kepadanya serta memberikan mereka hadiah. Rasulullah memberikan rambu rambu dalam memberikan hadiah agar didahulukan orang  orang yang paling dekat pintunya dari rumah. Hal ini pernah ditanyakan pada Rasulullah dan beliau menjawab, “Berilah hadiah kepada yang paling dekat pintunya.” (Mutaffaq Alaih)
  4. Menghormati dan menghargai mereka. Rasulullah bersabda “Salah seorang dari kalian jangan sekali kali melarang tetangganya meletakan kayu di dinding rumahnya” (Mutaffaq Alaih). Rasulullah juga bersabda  “Barang siapa mempunyai kebun bersama tetangganya, kalau mitra maka ia tidak boleh menjualnya hingga ia bermusyawarah dengannya” (Mutaffaq Alaih)
  5. Sabar terhadap Tetangga, Menghadapi tetangga yang buruk sudah menjadi keharusan bagi kita untuk berlaku sabar dalam menghadapinya. Hal ini akan menyebabkan diri kita dicintai Allah Ta’ala. Dari Abu Dzar berklata Rasulullah; “ Tiga golongan yang Allah mencintai mereka, seorang yang memiliki tetangga, dia disakiti oleh tetangganya, kemudian bersabar atas gangguan tersebut sampai keduanya dipisahkan oleh kematian atau sekedup”( HR Imam Ahmad)

Dalam sebuah hadist Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “ hak tetangga ialah, bila dia sakit, kamu kunjungi, bila  dia wafat kamu mengantarkan jenasahnya. Bila dia membutuhkan uang, maka kamu pinjami, dan bila tetangga kesukaran, maka jangan dibeberkan aib aibnya. Kamu  tutup tutup dan rahasiakan. Bila dia memperoleh kebaikan, maka kita turut bersuka cita dan mengucapkan turut bersuka cita dan mengucapkan selamat kepadanya, Dan bila dia menghadapi musibah, kamu datang untuk menyampaikan rasa duka. Janan sengaja meninggikan bangunan rumahmu melebihi bangunan rumahnya, atau menutup jalan uradarnya (kelancaran angin baginya). Dan jangan kamu mengganggu dengan bau masakan kecuali kamu menciduknya dan memberikan kepadanya”

Permasalahan “tetangga” bukanlah remeh bahkan sangat diperhitungkan di dalam agama Islam. Terlebih lagi Islam mewasiatkan untuk selalu menjaga dan memuliakan tetangga. Simaklah firman Allah:” Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukanNya dengan sesuatupun, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak anak yatim, orang miskin, tetangga dekat maupun tetangga jauh, teman sejawat, Ibnu sabil  (orang yang mengadakan perjalanan) dan hamba sahaya.  Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang orang yang sombong dan membangga banggakan diri” (QS. An-Nisaa:36). Syair Islami yang menunjukkan bagaimana indahnya berhubungan bertetangga itu:
“Kutundukan pandanganku ketika muncul tetangga wanita, hingga tetangga wanita terlindungi oleh rumahnya.”

Wallahu’alam……

Rujukan:
·         Ensiklopedia Muslim, Abu Bakr Jabir Al –Jazairi
·         Etika bertetangga, syeikh Ali Hasan ali Abdul hamid
·         Asyraus Sa’ah, Yusuf bin Abdulah bin Yusuf Al Wabil MA